Isaac Newton Sang Jenius yang Takut Kritik

Newton adalah sosok yang namanya hampir selalu muncul dalam pembahasan tentang ilmu pengetahuan. Di balik kejeniusannya dalam merumuskan hukum gravitasi dan dasar-dasar fisika modern, ternyata Newton juga memiliki sisi lain yang jarang dibicarakan: sifatnya yang tertutup, penuh ketakutan terhadap kritik, dan pemikiran-pemikiran yang kontroversial.

Masa Kecil yang Tidak Mudah

Newton lahir pada 4 Januari 1643 di Woolsthorpe, daerah pedesaan yang berada di Lincolnshire, Inggris. Ia dilahirkan prematur dan sangat kecil hingga keluarganya tidak yakin ia akan bertahan hidup. Ayahnya telah meninggal sebelum ia lahir, dan saat usianya baru tiga tahun, ibunya menikah lagi dan meninggalkan Newton kecil untuk diasuh oleh neneknya.

Kondisi ini membuat Newton tumbuh sebagai anak yang pendiam dan lebih suka menyendiri. Namun, di balik sikap tertutupnya, ia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Ia gemar membaca, bereksperimen, dan mengamati hal-hal di sekelilingnya. Sejak usia remaja, Newton sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia mekanik. Ia pernah membuat jam air dan kincir angin kecil dengan teknologi yang sangat sederhana.

Momen Ajaib Saat Wabah Melanda

Momen Ajaib Saat Wabah Melanda

Saat berumur 18 tahun, ia resmi menjadi mahasiswa Universitas Cambridge dan memulai perjalanan akademisnya. Di sanalah ia mulai mengenal pemikiran-pemikiran besar dari tokoh seperti Galileo dan Descartes. Namun, ketika wabah penyakit melanda Inggris pada tahun 1665, kampusnya terpaksa ditutup, dan Newton kembali ke kampung halamannya.

Siapa sangka, masa pengasingan itu justru menjadi titik balik paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu kurang dari dua tahun, Newton berhasil mengembangkan beberapa ide besar yang kelak mengubah dunia seperti teori cahaya, awal mula kalkulus, dan konsep gravitasi. Banyak orang menyebut masa itu sebagai “tahun ajaib” Newton, karena begitu banyak penemuan muncul dalam waktu yang singkat.

Kabarnya, Newton tengah duduk di bawah pohon apel ketika sebuah apel jatuh ke tanah. Kejadian itu membuat Newton berpikir, mengapa arah jatuh apel selalu menuju ke bawah, bukan menyebar ke arah yang berbeda. Pertanyaan inilah yang menjadi awal dari pemikirannya tentang gravitasi.

Karya Besar yang Mengubah Dunia

Pada tahun 1687, Newton menerbitkan karyanya yang paling terkenal, yaitu Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, atau lebih dikenal sebagai Principia. Di dalam buku tersebut, Newton menjelaskan tiga hukum gerak yang menjadi dasar mekanika klasik, serta hukum gravitasi universal.

Ia membuktikan melalui tulisannya bahwa hukum fisika yang mengatur gerakan benda di Bumi juga berlaku bagi planet dan bintang di langit. Artinya, gerakan planet-planet di angkasa dan jatuhnya apel ke tanah sebenarnya diatur oleh prinsip yang sama. Pandangan Newton tersebut menjadi titik balik dalam pemahaman manusia terhadap hukum alam dan semesta.

Takut Dikritik dan Penuh Ketegangan

Meski dianggap jenius, Newton sebenarnya sangat sensitif terhadap kritik. Ia sering kali menunda menerbitkan hasil penelitiannya karena takut diserang atau diperdebatkan oleh ilmuwan lain. Salah satu konflik besarnya terjadi dengan ilmuwan Robert Hooke, yang tidak sependapat dengan teori cahaya milik Newton. Perseteruan ini berlangsung cukup lama dan mempengaruhi kehidupan pribadi Newton.

Newton juga terlibat konflik panjang dengan Gottfried Wilhelm Leibniz, seorang filsuf asal Jerman, mengenai siapa yang lebih dulu menemukan kalkulus. Perdebatan ini membuat Newton sangat defensif dan bahkan membentuk komite rahasia untuk menyelidiki kasus tersebut yang ironisnya, dipimpin oleh dirinya sendiri.

Sisi Gelap Newton dari Alkimia Hingga Teologi

Sisi Gelap Newton dari Alkimia Hingga Teologi

Tak banyak yang tahu bahwa Newton juga menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari alkimia dan agama. Ia menulis ribuan halaman tentang upaya mengubah logam biasa menjadi emas, serta tafsir pribadi terhadap kitab suci. Ia bahkan menyimpan keyakinan yang bertentangan dengan gereja pada masanya, sehingga ia merahasiakan pandangannya.

Ketertarikannya pada dunia mistik dan simbol-simbol kuno menunjukkan bahwa Newton bukan hanya seorang ilmuwan rasional, tapi juga seorang pencari makna spiritual. Hal ini membuatnya semakin kompleks dan misterius.

Akhir Hidup dan Warisan Abadi

Di usia senja, Newton mendapat berbagai penghargaan atas kontribusinya. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Royal Society dan juga memimpin percetakan kerajaan Inggris. Sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya, Newton dianugerahi gelar bangsawan oleh Ratu Anne pada 1705 dan mulai dikenal sebagai Sir Isaac Newton.

Di usia 84 tahun, Newton wafat pada tahun 1727, meninggalkan warisan besar bagi dunia ilmu pengetahuan. Ia dimakamkan di Westminster Abbey, tempat peristirahatan tokoh-tokoh besar Inggris lainnya. Hingga kini, nama Newton tetap dikenang sebagai pelopor ilmu pengetahuan modern.

Kesimpulan

Kisah Isaac Newton membuktikan bahwa di balik kejayaan seseorang, sering tersembunyi sisi manusiawi yang rumit. Ia bukan hanya ilmuwan yang cerdas, tapi juga pribadi yang rapuh, sensitif, dan penuh kontradiksi. Namun, justru karena itu, warisannya menjadi semakin bernilai. Newton telah membuka jalan bagi ilmu pengetahuan untuk berkembang jauh lebih luas, dan dunia tak akan pernah sama tanpanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *